Majalah Forum Angkat Gerakan One Day No Rice Kota Depok
Walikota Depok H. Nur Mahmudi Isma’il kembali menjadi narasumber untuk Majalah Forum terkait gerakan One Day No Rice (ODNR)
Walikota Depok H. Nur Mahmudi Isma’il kembali menjadi narasumber untuk Majalah Forum terkait gerakan One Day No Rice (ODNR) yang sudah satu bulan ini hangat diperbincangkan. Walikota mengatakan gerakan ODNR adalah tekad kita untuk lebih sungguh-sungguh menawarkan cita-cita nasional kedepan sehingga menjadi lebih sehat dan cerdas. “Menurut sejarah, di jaman Soeharto telah ada program penganekaragaman pangan dan ada program Beras TeKaD, merupakan beras yang terbuat dari keTela, Kacang, dan Djagung (ejaan lama). Beras tekad ada sejak tahun 1969 sejak terjadinya peningkatan kebutuhan pangan di musim yang agak paceklik. Beras tekad juga merupakan program persiapan pertanian non irigasi dan diharapkan dapat memenuhi kemungkinan terjadinya pengurangan produksi padi di Indonesia. Beras tekad bisa mengatasi tinginya permintaan beras saat kegagalan panen. Dijaman Bung Karno pada tahun 60-an terdapat program perbaikan mutu tanaman rakyat sebagai upaya penganekaragaman pangan. Pada tahun 1974 juga telah ada Inpres tentang pencanangan diversifikasi pangan, tahun 1979 pun terdapat program penganekaragaman jenis pangan dan meningkatkan mutu gizi makanan rakyat. Di tahun 1989 dibentuk Kantor Menteri Urusan Pangan dengan program aku cinta makanan Indonesia, tahun 1996 juga telah terbit UU No.7 tentang pangan, PP No.68 tahun 2002 tentang ketahanan pangan pun telah ada. Tahun 2009 PerPres No.22 tentang Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal dan Permentan No.43 tentang gerakan P2KP juga diterbitkan. Atas dasar dan sejarah tersebut gerakan ODNR digulirkan sebagai tekad untuk merealisasikan aturan dan sejarah yang telah ada, karena sebelumnya belum dilengkapi dengan upaya-upaya yang sisitemik untuk menyadarkan masyarakat akan masalah-masalah makan yang cukup dan berkualitas” papar Walikota awali wawancara dengan Majalah Forum, Selasa malam (6/3) di Jakarta.
Walikota menjelaskan, makan cukup berarti kalori terpenuhi dan makan berkualitas adalah keanekaragaman sumber makanan. “Gerakan ODNR adalah gerakan untuk diversifikasi makanan sehingga makanan yang kita makan menjadi beragam, bergizi, dan seimbang. Sejarah dan aturan yang telah ada merupakan tekad mulia, baik, dan mendasar tetapi membutuhkan mekanisme dengan propaganda yang tepat karena berhubungan dengan kebiasaan dan budaya serta membutuhkan pemahaman dan pembelajaran tentang fortivikasi atau penambahan bahan makanan lain, selain beras” tutur Pemimpin Kota Belimbing. Walikota menginformasikan, di tahun 1954 orang Indonesia yang mengkonsumsi beras hanya 53%, dan selebihnya mengkonsumsi ubi, singkong, sukun, sagu, dan panganan non beras lainnya.
“Seiring dengan pesatnya pembangunan, apresiasi terhadap mereka yang suka mengkonsumsi pangan non beras kurang diperhatikan sehingga menurun. Perjalanan beras maju pesat sejalan dengan pesatnya pembangunan karena adanya propaganda kemudahan beras dan enaknya mengkonsumsi beras sehingga semua orang terdorong untuk mengkonsumsi beras dan timbul istilah ‘ga makan nasi ga nendang’. Nasionalisasi beras seharusnya tidak terjadi bila kita tidak memborbardir nasi saja, tetapi fortivikasi dengan sumber lain sebagai pelengkap, seperti pisang yang keberadaannya merata dan bisa tumbuh disemua jenis tanah. Pisang juga sudah bergengsi dan memenuhi karbohidrat serta bergizi. Pameo ini terlalu membudaya dan bisa menjadi ancaman bagi kita karena akan mengancam stabilitas nasional dan stabilitas ekonomi karena beras dianggap sebagai bahan pokok yang hampir tak tergantikan, seperti halnya BBM. Beras juga seharusnya tidak menjadi bahan politis karena masih banyak sumber karbohidrat lain. Beras jadi komoditas politis karena setiap kenaikan harga beras 10% bisa memberikan kontribusi angka inflasi sebesar 0,5. Orang Indonesia telah kelebihan karbohidrat, yang karbohidratnya didominasi lebih dari 70% oleh beras. Karena beras pula 19% orang Indonesia terkena obesitas, 16% diabetes, dan 31% hipertensi. Mari kita kurangi nasi karena berdampak bagi pribadi kesehatan kita dan janganlah konsumsi monoproduk saja. ODNR bukanlah gerakan pemaksaan tetapi gerakan yang perlu pemahaman mendalam karena ODNR adalah gerakan pencerdasan sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan bangsa. ODNR tidak mematikan petani padi karena ODNR digulirkan dengan landasan logika stabilitas ekonomi, logika ketahanan pangan, dan logika kesehatan” ungkap orang nomer satu di Depok.
Walikota menjelaskan, ODNR membutuhkan pendekatan penyadaran yang mendalam agar falsafah dan manfaat ODNR benar-benar dipahami dan direalisasikan. “Secara ekonomi, bila ODNR diterapkan di Indonesia selama 1 tahun maka akan mengurangi konsumsi beras sebanya 3,6 juta ton dan secara kasar bernilai 20 Triliun. Berarti, dengan ODNR kita memiliki 3,6 juta ton cadangan beras dan 20 T dari pengurangan itu bisa diputar untuk meningkatkan konsumsi non beras. ODNR juga bisa mengurangi pengangguran dengan membuka lapangan kerja baru di bidang pertanian non beras. ODNR bisa mencerdaskan bangsa dengan mengerti, memahami, dan membimbing tentang falsafah dan manfaat ODNR sehingga berani mengatakan ODNR membuat hidup lebih sehat. ODNR juga bisa mengurangi urbanisasi. Begitu banyaknya manfaat dari ODNR sehingga kami akan terus menggandeng semua elemen yang bisa menyemangati dan mendukung gerakan ini sehingga kami bersama-sama sosialisasikan dan mempropagandakan dampak positif dari gerakan ODNR ini, termasuk memperdalam kerjasama dengan Kementerian Pertanian yang telah mendukung. Kami juga akan membangun koneksi dengan para produsen non beras serta Pemda asal produsen tersebut untuk bersama-sama mengkampanyekan dan mengimplementasikan gerakan ODNR” tutur Walikota. (ols)
Kepala Bagian
Humas dan Protokol
Setda Kota Depok
Diah Sadiah, S.Sos.MSi
NIP. 1968 0913 199603 2 005